Realitas
- Johannes Silentio
- Feb 1, 2019
- 2 min read

Ketika memberikan kuliah Gifford yang mahsyur di tahun 1926 - 27, Sir Arthur Stanley Eddington (1882 - 1944) mengajukan pertanyaan klasik yang sampai sekarang dikenang orang: Mana yang lebih riil meja di depan saya, tempat saya menaruh laptop dan segelas kopi sembari menulis refleksi ini, atau ruang kosong tempat atom-atom bergerak cepat yang membentuk meja itu sebagaimana diteorikan para fisikawan? Rangkaian kuliah itu sendiri kemudian diterbitkan, berjudul The Nature of Physical World (1935), dan diakui menjadi salah satu buku penting tafsiran filosofis terhadap perkembangan sains modern.
Jika ditanya begitu, tentu akal sehat kita akan segera menjawab meja. Kita dapat merasakan sendiri lewat indera kita tekstur dan kepadatannya. Kalau Anda tidak percaya, cobalah menendangnya keras-keras! Tetapi hasil-hasil kajian fisika modern telah membuat kita terperangah: benda yang tampaknya padat dan dapat disentuh itu, yang jika ditendang hanya akan membuat kaki Anda sakit, sebenarnya terdiri dari ruang kosong tempat atom-atom bergerak! Ini merupakan gambaran dari model atom Rutherford/Bohr yang sekarang diterima sebagai model utama atom.
Richard Dawkins memberi ulasan menarik soal itu dalam bukunya yang luar biasa bagus, The Magic of Reality (sudah diterjemahkan menjadi Sihir Realitas, KPG 2015). Menurut Dawkins, model Rutherford/Bohr bisa dibayangkan seperti lapangan sepak bola, di mana masing-masing inti atom adalah bola sepaknya. Nah, yang mengejutkan, jarak antara masing-masing inti atom yang bersebelahan langsung pada sebuah berlian itu kira-kira 15 kilometer. Dan dalam jarak 15 kilometer di antara dua bola sepak itulah terdapat elektron-elektron yang mengelilingi inti atom.
Jadi, kata Dawkins, bahkan berlian yang padat itu pun sebenarnya terdiri dari ruang kosong! Dan ini berlaku pada semua benda lain, entah itu batu, besi, kayu, atau ya meja tempat saya menulis. "Inti atom-atom terpisah-pisah sedemikian jauh sehingga, bila inti atom dibuat menjadi seukuran bola sepak, sepasang inti atom akan terpisah 15 kilometer jauhnya dengan hanya segelintir lalat di antaranya," tulis Dawkins.
Kini kita jadi bingung: mana yang sesungguhnya riil, apakah meja tempat saya menulis, atau ruang kosong yang memisahkan inti-inti atom dan "segelintir lalat di antaranya", sebagaimana disebut Dawkins? Saya kira ini bukan pilihan, bukan soal either-or, tetapi keduanya memang merupakan "wajah" realitas. Hanya saja ranah dan dimensinya berbeda. Yang satu ("meja") berada pada ranah dan dimensi inderawi yang dapat diraba (sensible), yang lain ("ruang kosong") berada pada ranah dan dimensi intelektual yang dapat dipikirkan (intelligible). Keduanya kerap dipertengkarkan dan hanya menimbulkan perpecahan dalam kehidupan ini. Malah, dalam dunia modern, yang satu dianggap lebih tinggi dan dipakai untuk menghakimi yang lain.
Padahal tidak perlu pertengkaran itu terjadi. Sebab keduanya merupakan bagian dari pengalaman manusiawi yang selalu didorong oleh, memakai istilah Bernard F. Lonergan yang indah, "eros (Yunani: Ἔρως) akal budi" untuk lebih memahami dunia di mana kita ada sehingga dapat bertindak lebih bijaksana.
Commentaires