Rajam
- Johannes Silentio
- Mar 28, 2019
- 1 min read
Updated: Mar 31, 2019

Berita yang ditayangkan CNN ini sungguh mengejutkan. Kenapa model hukuman yang keji itu masih dipertahankan sampai sekarang?
Saya jadi teringat petikan kisah yang dituturkan Yohanes (walau banyak ahli bilang, itu sisipan yang ditambahkan kemudian). Kisahnya sudah sangat dikenal dan biasanya, dalam kalender liturgis, dibacakan pada masa pra-Paskah sebagai renungan mengenai "kerahiman Ilahi".
Para ahli Taurat dan kaum Farisi, yakni para pemuka agama di masa dulu, membawa seorang perempuan yang dituduh berzinah ke depan Sang Guru. [Sekadar catatan: orang yang dituduh berzinah selalu perempuan yang sudah menikah tetapi tidur dengan lelaki lain. Sementara bagi lelaki di zaman itu, masih lazim praktik poligami, sehingga tidak bisa disebut berzinah.] Mereka ingin menjebak Yesus ke dalam labirin hukum soal zinah yang konsekuensi hukumannya adalah dirajam sampai mati, walau pembuktian perbuatan zinah itu sangat rumit.
Sang Guru melihat mereka, lalu berkata, "Siapa orang yang tidak merasa berdosa, hendaklah ia melempar batu pertama." Ternyata tak seorang pun berani melempar batu. Diam-diam kerumunan massa itu membubarkan diri. Tinggal sang perempuan yang bersimpuh sembari menangis tersedu-sedu.
"Tak seorang pun berani melempar batu padamu?" tanya Sang Guru. "Kalau begitu, aku pun tidak akan menghukum kamu. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi."
Cerita Yohanes (atau yang disisipkan Yohanes) itu menginspirasi kalimat terkenal, "Who Am I to cast the first stone?" Siapa saya sehingga berani menghakimi orang lain, dan bahkan melempar batu pertama? Saya tidak tahu apakah akan ada orang yang menanyakan pertanyaan itu, jika nanti ancaman hukum rajam jadi diberlakukan.
Comments