Janus
- Johannes Silentio
- Jan 3, 2019
- 1 min read
Karena masih awal bulan Januari, ada baiknya merenungkan makna bulan itu. Konon, nama bulan pertama dalam kalender Gregorian itu diambil dari bahasa Latin iānuārius yang berarti "bulan Dewa Janus".
Janus (Yunani: Ιανός) sendiri seorang dewa dalam mitologi Romawi yang kerap digambarkan berwajah ganda: satu wajah menghadap ke belakang, pada bulan-bulan yang sudah ditinggalkan: satunya lagi menghadap ke depan, pada aliran waktu yang belum kunjung jelas. Saya tidak tahu persis apa alasannya, tetapi saya yakin penggambaran Janus seperti itulah yang membuat namanya dipakai untuk menamai bulan pertama dalam kalender Gregorian.
... sebenarnya hidup adalah selalu dinaungi oleh Dewa Janus. Setiap saat, tak hanya di bulan Januari, masa lampau tak mau pergi sementara masa depan tak pernah pasti wajahnya.
Sebab bukankah perasaan kita di bulan Januari sama seperti wajah ganda Janus: serba-taksa? Pada satu sisi kita sudah meninggalkan tahun yang lama dan melangkah masuk ke dalam tahun yang konon "baru", tetapi pada sisi lain dan pada saat bersamaan kita masih dicekam oleh kenangan bulan-bulan yang baru kita tinggalkan.
Namun sebenarnya hidup adalah selalu dinaungi oleh Dewa Janus. Setiap saat, tak hanya di bulan Januari, masa lampau tak mau pergi sementara masa depan tak pernah pasti wajahnya. Ketaksaan itulah ciri hidup kita yang akan selalu menandai masa "sekarang".
Orang bijak berkata, karena masa lampau tak bisa diubah, sementara masa depan tak pernah bisa diduga, maka lebih baik memusatkan perhatian pada yang "sekarang". Itu benar. Namun ketaksaan eksistensial itu tak pernah bisa dihapuskan. Yang lebih bijak adalah menikmatinya: hidup dalam ketegangan terus menerus antara yang sudah lampau dan yang akan datang. Seperti Dewa Janus.
Comments