Imlek
- Johannes Silentio
- Feb 4, 2019
- 2 min read

Setiap Imlek, selain soal angpao, apa yang paling kamu ingat? Kalau saya, alm. Presiden Abdurrahman "Gus Dur" Wahid. Tanpa terobosan kebijakannya, orang Tionghoa di Indonesia tidak akan pernah merayakan Imlek dengan merdeka seperti sekarang!
Sebab, di tangan rezim Orde Baru, lewat Inpres 14 tahun 1967, Soeharto melarang segala ekspresi budaya yang berbau Tionghoa di Indonesia. Orang-orang Tionghoa disebut "WNI Keturunan", bahkan kata Tionghoa diganti "Cina".
Tidak tanggung-tanggung, keputusan penggantian itu didahului oleh Seminar Angkatan Darat II di SESKOAD Bandung pada 25- 31 Agustus 1966 yang melahirkan dokumen "Masalah Tjina" (mirip dulu di Jerman: The Jewish Question). Seakan-akan keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia hanya merupakan "masalah" bagi perkembangan sosial-politis, bahkan kultural, negeri ini.
Padahal, kita tahu persis, orang-orang Tionghoa itu tidak pernah memiliki pilihan akan lahir sebagai etnis apa dan di negara mana! Konon, gara-gara Inpres itu, Walubi (Perwakilan Umat Buddha di Indonesia) sempat mengeluarkan Surat Edaran 11 Januari 1993 yang menyatakan bahwa Imlek bukan hari raya keagamaan umat Buddha sehingga Vihara tidak perlu merayakannya! (Putu Setia, "Imlek", Koran TEMPO 2- 3 Februari 2019)
Di situ jasa Gus Dur yang tak pernah akan dilupakan. Dengan enteng, tanpa perlu repot-repot dan grasak-grusuk politik yang njelimet, sebagai Presiden ia membatalkan Inpres 14/1967 tentang Pembatasan Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Tionghoa. Maka Imlek pun kembali dirayakan dengan meriah dan merdeka!
Jadi, jika kamu ikut merayakan, atau sekadar ikut meramaikan Imlek, jangan hanya memikirkan angpao. Ingat-ingatlah Gus Dur dan jasanya. Juga ingatlah, bagaimana keputusan politik suatu rezim bisa berdampak sangat jauh, termasuk menjadikan suatu kelompok etnis sebagai "kambing hitam" untuk seluruh masalah sosial-politis!
Kita sudah tahu, lewat kajian klasik Rene Girard (La Violence et le sacré, 1972) bagaimana mekanisme pengkambinghitaman ini adalah titik awal dari kekerasan, dan bahkan genosida. Saya tidak mau rezim seperti itu kembali merebut tampuk kekuasaan di negeri ini. Kalau kamu?
Jangan pernah meninggalkan sejarah!
Comments